SIARDAILY, Jakarta – Pemerintah memutuskan untuk mengisolasi Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran hingga tujuh hari ke depan atau seminggu, mengantisipasi penularan virus Corona varian Omicron pada level komunitas menyusul ditemukan kasus penularan di area itu.
Keputusan ini diambil, berdasarkan rapat koordinasi dengan Menko Marinves, Menteri Kesehatan, TNI, dan Satgas Penanganan Covid-19, yang dilanjutkan dengan rapat teknis dengan kementerian lembaga terkait pada Kamis.
“Perkembangan situasi terakhir menjadikan pemerintah harus bertindak cepat mencegah terjadinya transmisi lokal virus Corona varian Omicron. Isolasi RSDC adalah langkah yang diharapkan efektif untuk tujuan tersebut,” tutur Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Letnan Jenderal TNI Suharyanto dalam keterangan tertulisnya, Jumat 17 Desember 2021.
Baca juga: Imbas Covid-19, 2022 Jadi Tahun Tersibuk Olahraga Asia dan Indonesia
RSDC Wisma Atlet Kemayoran, merupakan rumah sakit khusus untuk merawat pasien Covid-19 sejak pandemi melanda Indonesia pada pertengahan Maret 2020.
Dalam beberapa pekan terakhir, beberapa tower rumah sakit ini difungsikan sebagai tempat karantina pelaku perjalanan internasional, melengkapi Wisma Atlet Pademangan.
Suharyanto mengatakan pemerintah juga membuka Rusun Nagrak, di Cilincing, Jakarta Utara, untuk karantina terpusat bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI), pelajar, dan ASN sebagai cadangan tempat karantina. “Rusun Nagrak memiliki kapasitas lebih dari 4.000 tempat tidur. Dua hari lalu, saya sudah mengecek kesiapannya,” ujarnya.
Dia menjelaskan, karena tenaga kesehatan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran terbatas jumlahnya dan akan segera diberlakukan isolasi area Wisma Atlet, tenaga kesehatan untuk dikarantina Rusun Nagrak akan didukung oleh sumber daya manusia dari Dinas Kesehatan Jakarta.
Suharyanto juga meminta, pasien yang sudah selesai masa karantina di Tower 4 RSDC Wisma Atlet, selama 14 hari ke belakang, untuk terus memantau kondisi kesehatan, apabila terjadi gejala segera laporkan kepada puskesmas di wilayahnya.
Lockdown
Sementara itu, Kapuskes TNI, Mayor Jenderal Budiman mengabarkan tower 2,3,5,6 dan 1 ke belakang saat ini di-lockdown. Semua orang yang tinggal di komplek Wisma Atlet ini tidak boleh keluar.
Terkecuali bila ada keperluan khusus, misalnya dokter spesialis yang masih dibutuhkan di rumah sakit lain.
“Saat ini yang dilockdown adalah gedung 2,3,5,6 dan 1 kebelakang. Lockdown tidak boleh ada orang keluar masuk, kecuali dengan menggunakan prosedur yang ketat,” ujarnya.
“Yakni menggunakan baju hasmat, seperti contohnya dokter spesialis yang mungkin juga masih dibutuhkan di rumah sakit lainnya, maka bisa keluar masuk dengan menggunakan hasmat. Yang tinggal di RSDC ini betul-betul tidak boleh keluar,” tambah Budiman.
Sementara itu, untuk pasien baru yang terkonfirmasi Covid-19, masih diizinkan masuk untuk melakukan karantina di area ini. “Untuk pasien yang akan masuk atau pasien-pasien terkonfirmasi Covid-19 apapun variannya tetep bisa masuk (karantina di Wisma Atlet),” ujarnya.
“(Mereka) tentu saja (diizinkan masuk), karena kita punya tempat luas. Untuk yang berbeda varian akan kita pisahkan,” lanjut Budiman.
Anggota Komisi IX DPR RI, Saleh Partaonan Daulay menilai, langkah tersebut tepat. Ia mengatakan, kebijakan tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi meluasnya penularan varian Omicron. Selama isolasi, seluruh penghuni wisma dan pekerja yang ada di sana harus dipastikan sehat dan tidak tertular. Jika ditemukan ada yang tertular, perlu ditangani secara baik dan dikarantina di tempat yang lebih aman.
“Dengan lockdown, orang tidak boleh masuk dan keluar lagi ke wisma selama tujuh hari ke depan. Semua orang yang ada di dalam, diharapkan dapat bersabar. Begitu juga, keluarga yang ada di luar diharapkan dapat menunggu. Kalaupun mau berkomunikasi, bisa melalui gadget, android, atau alat komunikasi lainnya,” kata Saleh dalam keterangannya, Jumat.
Namun, Saleh mengingatkan agar kebutuhan logistik mereka yang ada di Wisma Atlet dapat terpenuhi. Dengan begitu, diharapkan mereka bisa melalui hari-hari karantina dengan baik.
Selain itu, menurutnya, lokcdown di wisma atlet harus dilengkapi dengan testing dan tracing yang lebih luas. Sebab, selama satu minggu terakhir, ada banyak orang yang berinteraksi atau kontak erat dengan orang yang dikarantina atau petugas yang bekerja di sana.
Ia menduga, orang yang sempat berinteraksi dan kontak erat dengan petugas yang terpapar Covid varian Omicron di Wisma Atlet bisa saja telah terinfeksi. Karena itu, orang-orang yang pernah kontak erat menurutnya perlu ditelusuri.
Baca juga: Percepatan Vaksinasi Covid-19 dengan Program Mobil Vaksinasi
“Kalau pendataannya bagus, saya kira tidak sulit untuk menemukan orang-orang tersebut. Apalagi kalau penghuni dan pekerja di wisma bisa memberikan informasi. Testing dan tracing ini diperlukan untuk memastikan bahwa varian Omicron ini tidak menyebar di luar wisma,” ujar ketua Fraksi PAN DPR RI. (as9)