Tingkatkan Adopsi Layanan dan Talenta Digital, OVO Terbanyak Digunakan

SIARDAILY, Jakarta – Pandemi Covid-19 telah mendorong banyak perubahan, termasuk peningkatan pesat adopsi layanan digital, serta pengguna dan talenta digital.

Menguitp siaran pers dari OVO, Selasa 18 Januari 2022, sebanyak sembilan dari 10 pengguna layanan digital baru Asia Tenggara di 2020, tetap memanfaatkan layanan digital di 2021.

Menurut laporan e-Conomy SEA 2021 oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, investasi ekonomi internet Asia Tenggara pun, mencatat angka tertinggi di 2021, meskipun di tengah pandemi, dengan mayoritas investasi di industri e-commerce dan layanan keuangan digital.

Di tahun 2030, sebanyak 70-80 persen nilai transaksi Asia Tenggara, diperkirakan sepenuhnya digital, dibandingkan dengan sekitar 40 persen sekarang ini.

Gross Merchandise Value (GMV) Asia Tenggara pun akan melampaui prediksi sebelumnya dan diperkirakan mencapai US$360 Miliar, pada tahun 2025, dan Indonesia berpotensi mencapai dua kali lipat GMV Asia Tenggara saat ini di 2030.

“Pertumbuhan pesat ekonomi digital, tentunya perlu disertai dengan sumber daya manusia yang andal. OVO menyadari bahwa industri fintech akan dapat berkembang lebih optimal jika ditopang oleh bakat-bakat dari berbagai latar belakang industri, bukan hanya teknologi,” tutur HR Director OVO, Debora Bangun.

Baca juga: LinkAja Business Solution Ajang UMKM Menuju Digitalisasi Bisnis

Filosofi ini sejalan dengan pendekatan ekosistem terbuka yang dianut OVO, di mana OVO terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak demi mendorong literasi dan inklusi keuangan di Indonesia, terutama di tengah pandemi.

Di tahun sebelumnya pun, OVO telah banyak menjalin kolaborasi dengan berbagai mitra strategis seperti BCA, BRI, Bank Mandiri, Google Play, JD.ID, Bukalapak, BliBli, Pos Indonesia, HappyFresh, McD, dan masih banyak lagi.

Menurut laporan dari CORE Indonesia, seperti dikutip dari laman Antara, sebanyak 82 persen UMKM menyatakan terbantu oleh ekosistem OVO di tengah pandemi, dengan rata-rata kontribusi ekosistem mencapai 18 persen dari penjualan mereka.

Sebanyak 71 persen mengalami peningkatan literasi keuangan digital dan mulai menjalankan pencatatan keuangan secara lebih rutin. Sementara itu, delapan dari 10 responden yang sebelumnya tidak memiliki askes bank, kini mengenal produk-produk perbankan.

Tak hanya itu, hasil survei Dailysocial menunjukkan, layanan uang elektronik (e-money) OVO menjadi yang paling banyak digunakan tahun lalu. Startup teknologi finansial (fintech) pembayaran ini mengalahkan GoPay hingga ShopeePay.

Dalam laporan bertajuk Fintech Report 2021: The Convergence of (Digital) Financial Services, persentase jumlah pengguna OVO 58,9 persen. Posisi kedua ditempati oleh GoPay (58,4 persen) dan ShopeePay (56,4 persen).

“Rivalitas antara OVO, GoPay, dan ShopeePay terus berlanjut di tengah lonjakan adopsi digital,” demikian isi laporan Dailysocial.

Rata-rata penggunaan tertinggi sekitar dua sampai enam kali per bulan. Layanan e-money-money sering digunakan untuk berbagai jenis transaksi, seperti transfer uang, isi saldo (top-up), berbelanja di e-commerce, dan investasi.

Dari sisi keterkenalan atau awareness, porsi GoPay dan OVO sama, yakni 93,9 persen. Disusul oleh DANA (92,3 persen), ShopeePay (82,7 persen), dan LinkAja (72 persen). Namun, riset Kadence Internasional menunjukkan, OVO yang paling populer.

Dailysocial mencatat, jumlah pengguna baru OVO meningkat 276 persen saat awal pandemi Corona. Jumlah pedagang yang bergabung juga naik lebih dari 70 persen pada 2020. Pada pertengahan tahun lalu, transaksi pedagang online di OVO meningkat 76 persen.

Head of Corporate Communication OVO, Harumi Supit menyampaikan, tingginya penggunaan layanan menunjukkan besarnya kepercayaan masyarakat. “Kepercayaan ini merupakan peluang besar untuk mewujudkan misi OVO dalam mendukung upaya pemerintah mendorong literasi dan inklusi keuangan di Indonesia,” kata dia dalam keterangan persnya.

OVO memandang, pembayaran digital selaku pintu gerbang akses ekosistem layanan keuangan yang lebih luas. Fintech bernuansa ungu ini menganut filosofi ekosistem terbuka, yang berarti terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak. (as9)

Baca juga: Kejar Transformasi Digital, Investasi Teknologi Pita Dibuka Lebar

Share via
Copy link