SIARDAILY, Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) berencana akan membangun tiga menara atau tower rumah susun (rusun) setinggi empat lantai, dengan kapasitas 12 kepala keluarga.
Menteri PKP, Maruarar Sirait mengatakan, akan meniru pola pembangunan rusun ramah lingkungan seperti yang dibangun Yayasan Buddha Tzu Chi di Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat.
Tak tanggung-tanggung, rencananya dalam waktu dekat setelah berkoordinasi dengan Camat dan RW setempat, dia akan menggandeng sejumlah pengusaha untuk membangun tiga tower rusun setinggi empat lantai dengan kapasitas 12 kepala keluarga.
“Ya, rencananya di daerah sini akan kami bangun tiga tower rusun untuk masyarakat yang memang benar-benar membutuhkan. Kami ingin bangun gedung atau rusun persis seperti Rusun Buddha Tzu Chi yang sudah ada sebelumnya,” ujar Maruarar kepada wartawan usai meninjau proses bedah rumah salah satu warga di Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, Senin 11 November 2024.
Baca Juga: Pemerintah Bangun Rusun ASN dan TNI di Papua Barat Daya
Menurut Maruarar, bangunan rusun ramah lingkungan yang dibangun Yayasan Buddha Tzu Chi sangat baik dan bisa dilaksanakan di kawasan yang padat penduduk. Konsep sederhana yang ditawarkan adalah masyarakat yang memiliki tanah dan tinggal berdekatan diberi bantuan rusun. Masing-masing kepala keluarga, kemudian dipindahkan sementara dan dibangun rusun di atas tanah yang ada.
Setiap kepala keluarga, nantinya akan mendapatkan unit hunian berdasarkan luas tanah yang dimiliki dan mendapatkan fasilitas yang cukup memadai dan layak huni. “Kalau bisa, rusun yang dibangun lebih rapi dan layak huni, serta memiliki ventilasi udara yang baik,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Maruarar juga menekankan, dana pembangunan rusun tidak akan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal itu, karena anggaran perumahan Kementerian PKP sangat minim dan terbatas, sehingga dia lebih baik mendorong semangat gotong royong dari para pengusaha dan masyarakat yang diberi rejeki lebih untuk membantu masyarakat yang memang benar-benar tidak mampu dan rumahnya tidak layak huni.
“Dananya dari mana? Non APBN. Semuanya harus gotong royong membangun rumah rakyat. Saya juga mengajak teman-teman pengusaha dan siapa pun yang merasa terpanggil. Jadi, dananya Non APBN, tanahnya punya rakyat, sertifikat atas haknya punya ramai-ramai bangunannya rusun,” tuturnya.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, Maruarar langsung meminta timnya dan mengajak Camat Johar Baru dan RW setempat untuk membuat grup Whatsapp, agar koordinasi dapat dilakukan secara cepat. Selain itu, juga meminta dilakukan pendataan warga yang dibantu berdasarkan skala prioritas.
“Pertama yang kami lakukan adalah minta Camat dan RW untuk memiliki data warga yang akan dibantu berdasarkan skala prioritas. Kedua, tempat pembangunan tiga tower rusun, di mana biar ditentukan,” ujarnya.
Sementara itu, Camat Johar Baru, Nur Helmi Savitri didampingi Ketua RW 12, Imron Buchori menjelaskan, sudah memiliki data masyarakat yang perlu mendapatkan bantuan perumahan. Berdasarkan data yang ada, di RW 12 tersebut ada sekitar 1.200 KK dengan 3.000 jiwa dan kondisi perumahan memang sangat padat.
“Kami atas nama warga mengucapkan terima kasih atas bantuan perumahan kepada Menteri Perumahan. Semangat gotong royong membangun seperti yang dilakukan Menteri PKP sangat baik dan perlu ditiru banyak pihak. Kami siap mendukung pembangunan rusun di daerah Johar Baru,” ujarnya.
Bantu Renovasi Rumah Bu Hasna
Sementara itu, Maruarar langsung bergerak cepat terjun ke lapangan, guna membantu renovasi rumah Ibu Hasna yang viral di media sosial. Dia menggunakan dana pribadinya dan langsung menerjunkan tim untuk membongkar dan merenovasi rumah Ibu Hasna yang tidak layak huni agar bisa lebih layak huni.
“Saya ingin membantu Ibu Hasna dan keluarga, supaya bisa memiliki rumah yang layak huni,” ujarnya saat melakukan kunjungan ke rumah Ibu Hasna di Kecamatan Johar Baru, Jakarta, Senin.
Menurut Maruarar, dia ingin memberikan contoh dan bukti semangat gotong royong dalam membangun rumah layak huni di Ibu Kota Jakarta. Namun, ia enggan memberikan keterangan lebih lanjut terkait nominal bantuan untuk renovasi rumah tersebut.
Dia ingin, mengembalikan budaya gotong royong semangat saling membantu antara masyarakat Indonesia yang mampu dan ekonomi lebih untuk membantu mereka yang membutuhkan dan memerlukan bantuan, khususnya di bidang perumahan.
“Bantuan ini dari saya pribadi dan sekarang kita bergerak apa yang bisa kita tangani, ya langsung ditangani. Saya juga sudah mengajak teman-teman pengusaha besar untuk membantu dan gotong royong dalam membangun rumah untuk rakyat yang membutuhkan,” tuturnya.
Maruarar juga sempat berbincang kepada pemilik rumah sebelah Ibu Hasna dan mengajukan permohonan agar rumahnya bisa dijual, sehingga rumah ibu Hasna menjadi lebih luas. Luas rumah sebelahnya yang berukuran 2,6 meter x 3 meter, pun akhirnya setuju dijual pemiliknya dan rencananya akan disambung dengan rumah Ibu Hasna yang tengah direnovasi.
Sebagai informasi, Ibu Hasna yang berusia lanjut tinggal di rumah yang tidak layak huni di RT 008 / RW 012 Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Dia tinggal bersama tiga orang anak dan mantunya, serta sembilan orang cucunya di rumah berukuran hanya 2 x 3 meter.
Kisah nenek tersebut viral, karena dia harus rela berbagi ruangan yang sangat kecil dan tidur bergantian, karena tidak ada tempat tinggal yang layak.
Kisah Ibu Hasna yang sempat viral di berbagai kanal media sosial itu mendapatkan perhatian khusus dari Menteri PKP, Maruarar Sirait. Beberapa waktu lalu, melalui akun Instagram Kementerian PKP, yakni @KementerianPKP, ia bahkan membagikan video saat dirinya melakukan kunjungan khusus ke rumah Ibu Hasna.
Pada proses pembangunan rumah itu, Maruarar menerjunkan tim dan tukang bangunan bersama warga sekitar, agar bahu membahu merenovasi rumah. Dia berharap, rumah baru ibu Hasna ke depan bisa dibangun 4,6 meter x 3 meter, sehingga nanti lebih layak dan didesain khusus rumah tingkat dan memiliki ventilasi yang baik.
Proses pembangunan rumah itu sendiri, diharapkan dapat selesai selama kurang lebih 2,5 bulan, sehingga awal tahun depan ibu Hasna beserta keluarga bisa segera pindah dan kembali ke rumah yang telah direnovasi.
“Intinya, saya tidak ingin ada anggaran APBN dalam pembangunan rumah ini. Silakan bagi masyarakat yang ingin membantu dan menyalurkan rejekinya untuk membantu rumah layak,” ujar Maruarar.
Sementara itu, ibu Hasna dan keluarga mengaku tidak pernah menyangka bisa mendapatkan bantuan khusus dari Menteri PKP. Apalagi, dirinya yang sudah renta hanya pasrah menerima nasib kondisi rumahnya seperti apa adanya.
“Saya mah, enggak menyangka bisa dapat bantuan rumah dari Pak Menteri Perumahan. Alhamdulillah banget,” katanya saat ditemui di rumah kontrakan sementara.
Menurutnya, ia sempat kaget ketika Maruarar tiba-tiba datang ke rumah petaknya beberapa hari lalu. Kini, dirinya dan anak cucunya merasa senang bisa mendapat bantuan bedah rumah dari Menteri PKP. “Terima kasih pak Prabowo atas bantuan rumahnya,” katanya. (asp)
Baca Juga: