Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita (sumber: Kemenperin)

Indonesia Potensi Jadi Pasar Transportasi Udara di 2034

SIARDAILY, Jakarta – Industri penerbangan dan dirgantara Indonesia memiliki prospek yang cerah dengan didukung kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki lebih dari 17 ribu pulau membentang lebih dari lima ribu kilometer dari Timur ke Barat.

Tentunya, transportasi udara akan menjadi tulang punggung transportasi dan konektivitas nasional, serta penggerak utama perekonomian Indonesia.

“Jumlah penumpang udara di Indonesia diperkirakan tumbuh 30 persen dari tahun ke tahun menjadi 140 juta dalam beberapa tahun ke depan, sehingga Indonesia diperkirakan menjadi pasar transportasi udara terbesar keenam di dunia pada tahun 2034,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dikutip dari keterangannya, Senin 12 September 2022.

Baca juga: Kolaborasi BNI-Garuda-Lion, Tekan Harga Tiket Pesawat

Menperin menuturkan, industri penerbangan nasional terdiri dari industri pembuatan pesawat dan komponen, industri Maintenance Repair and Overhaul (MRO), dan industri pembuatan drone. Indonesia memiliki sekitar 31 perusahaan MRO yang mendukung industri pesawat terbang dan bisnis penerbangan. Perusahaan-perusahaan tersebut telah memiliki 145 sertifikat Aircraft Maintenance Organization (AMO) yang dikeluarkan Indonesian Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA).

“Nilai MRO domestik pada 2022, diproyeksikan mencapai USD1,7 miliar, sedangkan nilai bisnis MRO global mencapai USD93,5 miliar. Persaingan bisnis MRO global ke depan semakin ketat. Karena itu, kami mendorong MRO dalam negeri untuk berkolaborasi dengan mitra asing untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya,” ujar Menperin.

Ia mengatakan, sejalan dengan transformasi digital di berbagai aspek perekonomian, pemerintah bersama Asosiasi Sistem dan Teknologi Tanpa Awak (ASTTA) tengah mendukung pengembangan industri drone. Industri drone dalam negeri saat ini mampu mengembangkan dan memproduksi drone untuk berbagai keperluan seperti pengawasan, perkebunan, dan militer.

“Penguasaan teknologi ini menjadi keharusan untuk menjaga kedaulatan negara dan mendukung visi pemerintah di Indonesia 4.0,” ujarnya.

Menperin menyebut, industri penerbangan Tanah Air secara perlahan mampu mengaktifkan kembali pesawat yang sebelumnya grounded, akibat operasionalnya sempat terhenti karena terimbas Covid-19. Namun, upaya tersebut tidak bisa berlangsung secara instan, sehingga menyulitkan operator Indonesia untuk menambah kapasitasnya di saat permintaan pelayanan rute penerbangan terus naik setelah Covid-19 mereda dan penerbangan kembali banyak dibuka.

Hingga saat ini, ada sekitar 180 pesawat yang di-grounded, 100 di antaranya merupakan berbadan ramping yang biasanya digunakan untuk rute domestik.

“Diperlukan sekitar satu tahun untuk menyelesaikan proses ini, karena proses reaktivasi setiap pesawat membutuhkan waktu, serta terbatasnya jumlah slot yang tersedia di fasilitas perawatan pesawat. Selain itu, maskapai juga membutuhkan waktu untuk memperoleh keuntungan sehingga dapat membayar biaya suku cadang dan perawatan yang diperlukan untuk re-aktivasi pesawat,” tambahnya.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita (sumber: Kemenperin)

Menperin mengatakan, pemerintah Indonesia melalui Masterplan Pengembangan Industri Nasional 2015 – 2035 menetapkan industri pesawat terbang menjadi salah satu industri prioritas nasional dengan fokus pengembangan pesawat baling-baling, industri komponen, dan industri MRO.

Menurutnya, berbagai kebijakan dikeluarkan untuk mendukung pengembangan industri ini, seperti insentif fiskal seperti tax holiday, tax allowance, investment allowance, super tax deduction, dan pembebasan bea masuk, serta dukungan nonfiskal berupa pembiayaan pemerintah bagi pelaku usaha ekspor dan preferensi produk lokal dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah sesuai dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

“Pemerintah akan terus memberikan dukungan untuk memastikan pertumbuhan dan keberlanjutan industri penerbangan dan kedirgantaraan, termasuk insentif lebih lanjut untuk investasi, di atas yang saya sebutkan,” ujar Menperin.

Dia menambahkan, selain itu, di Indonesia saat ini ada tiga perusahaan utama yang eksis bekerja mendukung industri penerbangan dan dirgantara di Tanah Air, antara lain PT Dirgantara Indonesia (Persero), satu-satunya produsen pesawat di Asia Tenggara yang memproduksi pesawat terbang dan helikopter untuk keperluan komersial dan militer, dengan spesialisasi di bidang aerostruktur.

Kemudian, ada PT Regio Aviasi Industri yang dengan dukungan pemerintah saat ini sedang mengembangkan pesawat Turbo-propeller untuk penerbangan jarak menengah yang sesuai dengan geografi Indonesia dan Asia Tenggara. Kedua perusahaan didukung oleh asosiasi Indonesia Aircraft Components Manufacturer Association (INACOM).

Selanjutnya, juga terdapat perusahaan yang sangat penting bagi dunia penerbangan nasional, yakni Pudak Scientific yang lebih dari 80 persen produknya berorientasi ekspor dan berhasil memasuki rantai pasokan internasional pesawat.

“Mereka turut menjadi tulang punggung transportasi dan konektivitas nasional kita, serta penggerak utama perekonomian Indonesia. Saya senang melihat tiga perusahaan utama, saat ini bekerja pada sangat baik untuk memastikan maskapai kita kembali mengudara,” ungkap Menperin. (as9)

Baca juga: Batik Air Tambah Jadwal Terbang Bali Labuan Bajo PP

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share via
Copy link