SIARDAILY, Jatim – Tim SAR gabungan masih melakukan operasi pencarian warga hilang, pada hari ke-4 paska erupsi Gunung Semeru. Tim Pencarian dan Pertolongan (SAR) di bawah koordinasi Basarnas ini, menargetkan waktu pencarian korban selama satu minggu.
Danrem 083/Baladhika Jaya Kolonel Inf. Irwan Subekti, yang juga menjadi Komandan Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Bencana Dampak Awan Panas Guguran Gunung Semeru menyampaikan, korban yang masih dinyatakan hilang berjumlah 22 orang.
Upaya pencarian, kata dia, difokuskan di Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, dan wilayah Desa Curah Kobokan. Dalam operasi pencarian, tim gabungan sangat memperhatikan aspek keamanan dan keselamatan di lapangan.
“Pencarian pagi hingga sore, dengan memperhatikan cuaca di Lumajang. Hampir setiap hari, setiap sore, rata-rata turun hujan. Upaya pencarian sangat dipengaruhi kondisi hujan di lapangan,” ujarnya, seperti dikutip dari keterangannya, Rabu 8 Desember 2021.
Baca juga: Korban Erupsi Semeru: 15 Warga Meninggal dan 27 Lainnya Hilang
Upaya pencarian warga yang masih dinyatakan hilang akan mengoptimalkan kemampuan para personel di lapangan, yang juga dibantu dengan alat berat. Irwan selalu mengingatkan kewaspadaan terhadap kondisi material vulkanik yang masih panas dan kondisi hujan di puncak gunung agar terhindar dari banjir lahar dingin.
Pada kesempatan itu, posko memprioritaskan pada operasi pencarian dan penanganan warga yang mengungsi. Terkait dengan penambang pasir yang hilang, pihaknya akan memastikan identitas korban yang saat ini masih dalam proses identifikasi. Dari jumlah korban meninggal sebanyak 34 orang, 10 di antaranya belum teridentifikasi.
Irwan juga menyebutkan bahwa warga yang mengungsi berjumlah 4.250 jiwa, yang tersebar pada beberapa titik di Kabupaten Lumajang, dan hanya ada 1 titik, masing-masing di Kabupaten Malang dan Blitar.
Berikut ini, rincian distribusi penyintas di beberapa wilayah Kabupaten Lumajang. Jumlah warga mengungsi di Kecamatan Candipuro 1.733 jiwa, Pasirian 974, Tempeh 400, Pronojiwo 295, Lumajang 199, Pasrujambe 197, Sukodono 191, Sumbersuko 67, Jatiroto 56, Yosowilangun 28, Ranuyoso 26, Rowokangkung 16 dan Gucialit 8.
Sementara itu, Bupati Lumajang H. Thoriqul Haq menambahkan, pemerintah daerah berupaya untuk memberikan pelayanan kepada para penyintas secara optimal. Ia menyampaikan, untuk penanganan jangka pendek, menengah, dan panjang warga di tempat pengungsian, pihaknya akan memindahkan warga yang mengungsi ke fasilitas-fasilitas pendidikan, seperti SD, SMP dan SMA di Lumajang.
“Tempat pengungsian sekarang berada di beberapa fasiltias umum balai desa dan kecamatan, selanjutnya akan direlokasi ke sekolah. Saat ini, kami sedang menginvetaris sekolah SD, SMP dan SMA yang bisa digunakan sebagai tempat penampungan,” ujar Thoriqul.
Proses relokasi pemukiman warga terdampak saat ini dalam proses identifikasi lokasi, yang diutamakan pada lahan-lahan milik pemerintah dan pemerintah daerah.
Selanjutnya, ia mengharapkan dukungan media untuk ikut mendorong semangat positif, agar tercipta suasana kondusif untuk percepatan penanganan paska bencana.
3.697 Jiwa Warga Mengungsi
Sementara itu, penanganan darurat paska awan panas guguran Gunung Semeru masih berlangsung pada hari keempat. Bencana letusan tidak hanya berdampak pada jatuhnya korban jiwa dan kerusakan, tetapi juga warga yang mengungsi akibat rusaknya tempat tinggal akibat material vulkanik.
Data terkini Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Bencana Dampak Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru pada Selasa7 Desember 2021, pukul 12.00 WIB, jumlah warga mengungsi mengalami peningkatan menjadi 3.697 jiwa. Warga yang mengungsi ini sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Lumajang, sedangkan di Kabupaten Malang hanya terdapat 24 jiwa.
Sebaran titik pengungsian di Kabupaten Lumajang, berada di Kecamatan Pronojiwo dengan sembilan titik berjumlah 382 jiwa, Kecamatan Candipuro enam titik 1.136 jiwa, Kecamatan Pasirian empat titik 563 jiwa, Kecamatan Lumajang 188 jiwa, Kecamatan Tempeh 290 jiwa, Kecamatan Sumberseko 67 jiwa, Kecamatan Sukodono 45 jiwa,
Baca juga: Kementerian PUPR Kirim Alat Berat Tanggap Darurat Gunung Semeru
Data korban jiwa tercatat warga luka-luka 56 jiwa, hilang 17 jiwa, dan meninggal dunia 34 jiwa, sedangkan jumlah populasi terdampak sebanyak 5.205 jiwa. Terkait dengan jumlah warga yang dinyatakan hilang dan luka, posko masih melakukan pemutakhiran data dan validasi.
Abdul Muhari, Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam keterangannya mengatakan, selain dampak korban jiwa, erupsi mengakibatkan 2.970 unit rumah terdampak.
“Pihak pemerintah daerah masih melakukan pemutakhiran jumlah rumah terdampak maupun tingkat kerusakan. Bangunan terdampak lainnya berupa fasilitas pendidikan 38 unit dan jembatan terputus (Gladak Perak) satu unit,” jelasnya.
Hari keempat paska erupsi, Presiden Joko Widodo meninjau lokasi terdampak yang berada di Kabupaten Lumajang. Presiden tiba di Lapangan Desa Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang, pukul 10.21 WIB. Presiden Jokowi bertemu para penyintas, melihat dapur umum dan meninjau pos Kesehatan, serta menyerahkan santunan kepada para ahli waris korban meninggal akibat erupsi.
Sementara itu, Gunung Semeru terpantau mengalami dua kali gempa letusan dan durasi gempa 55 – 125 detik. Di samping itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menginformasikan terjadi 7 kali gempa guguran dengan durasi 50 – 120 detik.
4 Rekomendasi Hadapi Aktivitas Vulkanik
Terkait dengan rekomendasi PVMBG terhadap aktivitas vulkanik Gunung Semeru sebagai berikut:
Pertama, masyarakat tidak beraktivitas dalam radius satu kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 5 km arah bukaan kawah di sektor Tenggara – Selatan, serta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Selanjutnya, radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.
Kedua, masyarakat agar menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi.
Ketiga, masyarakat perlu mewaspadai potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan.
Baca juga: Masyarakat Lumajang Rasakan Awan Panas Gunung Semeru
Keempat, masyarakat perlu mewaspadai ancaman lahar di alur sungai atau lembah yang berhulu di Gunung Semeru. Hal tersebut, mengingat banyaknya material vulkanik yang sudah terbentuk. (as9)