SIARDAILY, Jakarta – Potensi bisnis motor listrik, tampaknya begitu besar hingga beberapa konglomerat terkenal mulai melirik bisnis tersebut. Salah satunya, PT Hartono Istana Teknologi atau Polytron yang notabene menjadi bagian dari Grup Djarum milik orang terkaya di Indonesia, Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono.
Polytron baru saja meluncurkan motor listrik Polytron EVO Electric, saat perayaan ulang tahun ke-46 produsen barang elektronik tersebut.
Mengutip siaran pers di situs Polytron Indonesia, Rabu 29 Desember 2021, perusahaan ini hanya akan menjual motor listriknya di area Kudus, Semarang, dan sekitarnya sebagai tahap awal. Polytron EVO Electric dapat menempuh jarak jauh dengan spesifikasi power maksimal 3.000 watt dan kecepatan maksimum menembus 60 kilometer/jam yang disertai penggunaan baterai 1.740 KWh.
Baca Juga : Toyota Indonesia Ekspor Mobil Hybrid 2022
Polytron EVO Electric hadir dalam lima warna pilihan. Motor listrik ini memiliki tiga mode pengaturan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya, yakni mode Eco, Regular, dan Sport.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, pada awal November lalu memamerkan motor listrik terbaru buatan PT Hartono Istana Teknologi (HIT) Kudus, sebagai produsen elektronik bermerek Polytron yang berhasil membuat motor listrik yang dalam waktu dekat akan dipasarkan.
“Ini keren, desainnya bagus. Buat berkendara di kota-kota oke,” kata Ganjar, usai menjajal sepeda motor listrik Evo di Kudus, dilansir Antara.
Ganjar mengaku sangat bangga, karena ada satu karya lagi dari Jateng, motor listrik buatan PT HIT, setelah sebelumnya juga mengunjungi pabrik motor Viar di Semarang. Ternyata, tidak hanya satu jenis, Polytron sudah menyiapkan berbagai jenis motor listrik.
Sebelumnya, terdapat PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) yang dimiliki Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan yang bekerja sama dengan perusahaan ride hauling, Gojek, untuk membangun ekosistem motor listrik di Indonesia.
Baik TOBA dan Gojek membentuk perusahaan patungan (joint venture) dan menyiapkan investasi sekitar Rp16 – 17 triliun untuk mengembangkan ekosistem motor listrik. Keduanya akan terlibat dalam pengembangan bisnis manufaktur motor listrik, teknologi pengemasan baterai, infrastruktur penukaran baterai, dan pembiayaan untuk memiliki motor listrik.
Ada pula Grup Indika atau PT Indika Energy Tbk (INDY) yang akan mengembangkan industri motor listrik lewat anak usaha barunya, PT Electra Mobilitas Indonesia (EMI), yang dibentuk pada awal April 2021 lalu.
Saat ini, EMI masih berada di tahap awal pengembangan bisnis motor listrik. Masuknya INDY ke bisnis tersebut demi mengejar target perusahaan untuk mencapai net zero carbon pada tahun 2050 mendatang.
Asosiasi Industri Sepeda Motor (AISI) sendiri menyambut positif maraknya perusahaan swasta besar milik konglomerat yang ikut terjun ke bisnis motor listrik, kendati tidak memiliki latar belakang industri otomotif. Hal ini, sejalan dengan program pemerintah yang terus menggeber investasi di sektor kendaraan listrik, baik roda empat maupun roda dua, sekaligus upaya untuk ikut memperbaiki kualitas lingkungan.
Hanya saja, harus dipahami bahwa industri motor pada dasarnya harus dibangun dari hulu sampai hilir. “Para pelaku usaha harus memperhatikan infrastruktur penunjang maupun after sales-nya, Jangan hanya menjual unit motor listrik saja,” ungkap Ketua Bidang Komersial AISI, Sigit Kumala, Minggu lalu (26/12).
Ia mengakui, AISI tidak memiliki data pasti terkait penjualan motor listrik di Indonesia. Yang terang, konsumen akan mempertimbangkan ketersediaan infrastruktur penunjang seperti stasiun penukaran baterai hingga fasilitas tempat servis sebelum memutuskan membeli motor listrik.
Seperti diketahui, AISI menargetkan penjualan motor secara nasional akan mencapai lima juta unit hingga akhir 2021. Sedangkan di 2022 mendatang, penjualan motor nasional diperkirakan tumbuh mencapai kisaran 5,1 – 5,4 juta unit. (as9)
Baca Juga : Dukung Era Eliktrifikasi, Ajang Electric Vehicle Show Digelar Mei 2022