SIARDAILY, Jakarta – PT Rekadaya Multi Adiprima (RMA) yang berlokasi di Gunung Putri, Kabupaten Bogor, diberikan apresiasi oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perindustrian, atas keberhasilan inovasinya dalam meningkatkan nilai tambah dari serat kelapa,.
Perusahaan ini, melalui peran ARDC (Aditya Research Development Center) sebagai pusat inovasi teknologinya, telah menghasilkan beragam jenis produk bernilai tambah tinggi berbahan baku serat kelapa.
Contohnya adalah produk komponen otomotif door trim untuk diaplikasikan pada bagian interior kendaraan roda empat. Produk inovasi PT. RMA telah digunakan oleh hampir seluruh pabrikan industri otomotif nasional, dengan pemenuhan pangsa pasar nasional lebih dari 60 persen, termasuk untuk pasar ekspor.
“Capaian inovasi teknologi ini adalah wujud kolaborasi dari berbagai pihak, dengan mengutamakan kualitas produk yang tinggi, yang berarti PT. RMA ini mampu memenuhi persyaratan standarisasi produk industri otomotif, yang memang dikenal menghendaki kualitas komponen yang sangat tinggi,” ungkap Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, seperti dikutip dari keterangannya, Selasa 11 Januari 2022.
Kemenperin juga mengapresiasi komitmen PT. RMA, yang berupaya menciptakan inovasi yang mengutamakan penciptaan nilai tambah bahan baku lokal berupa serat sabut kelapa dan mengembangkan teknologi ramah lingkungan berupa pengolahan kain perca limbah industri tekstil (apparel).
“Kami juga mengapresiasi PT. RMA yang telah menggandeng UMKM (Usaha Kecil Mikro dan Menengah) di daerah penghasil kelapa, antara lain Provinsi Riau dan Jawa Barat bagian Selatan, sebagai pemasok bahan baku industri komponen otomotif di Bogor ini,” tambahnya.
Menurut Putu, Kemenperin terus mendorong peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri agar bisa menghasilkan produk yang dibutuhkan pasar domestik maupun ekspor. Untuk itu, diperlukan hilirisasi industri, yaitu upaya mengolah sumber daya menjadi barang jadi atau setengah jadi.
“Selama ini, hilirisasi sektor industri membawa dampak positif yang luas bagi perekonomian nasional, mulai dari peningkatan devisa ekspor, nilai investasi, hingga penyerapan tenaga kerja,” kata dia.
Putu menjelaskan, upaya mendorong hilirisasi di sektor agro berangkat dari masih banyaknya komoditas yang potensial ditingkatkan nilai ekonominya. “Salah satu komoditas agro potensial adalah kelapa bulat, atau lazimnya disebut kelapa. Apalagi, Indonesia adalah penghasil kelapa terbesar di dunia,” ujarnya.
Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia menghasilkan lebih dari 18 juta ton kelapa setiap tahun. Sejumlah wilayah penghasil utama kelapa, antara lain di Sulawesi Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Riau, Jambi, dan Maluku Utara.
“Kegunaan kelapa sangat beragam, untuk makanan, minuman, obat, kosmetik, bahan bangunan, dan aneka ragam produk hilir lainnya. Seluruh bagian tanaman kelapa dapat diolah, mempunyai potensi ditingkatkan nilai tambahnya, dan produknya digunakan masyarakat secar luas, sehingga potensi keuntungan dari dari kelapa sangat besar,” tutur Putu.
Substitusi Impor
Menurut Putu, hal yang dilakukan PT. RMA berkontribusi pada langkah Kemenperin mendorong substitusi impor, khususnya pada komoditas komponen otomotif. “Mereka telah memanfaatkan serat kelapa untuk menghasilkan komponen automotive felt yang berfungsi sebagai pelindung bagian bawah mobil dan peredam getaran antarpanel bagian interior kendaraan. Penggunaan serat kelapa sebagai komponen otomotif, dapat menambah kenyamanan penumpang kendaraan tetapi tidak menambah bobot kendaraan secara signifikan,” ujarnya.
Di samping itu, PT. RMA terus mengeksplorasi peluang penggunaan serat sabut kelapa sebagai bahan baku papan biokomposit (papan particle atau papan serat). Produk ini bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri furnitur. “Bahkan, yang kami banggakan juga, perusahaan ini telah membuat produk alat pertahanan dan keamanan untuk kebutuhan TNI. Tentunya, produk tersebut juga telah melewati pengujian standar kualitas yang sangat tinggi juga,” jelasnya.
Putu menegaskan, pihaknya terus mendukung upaya peningkatan daya saing produk industri dalam negeri yang berkualitas dan berkesinambungan. Jaminan kepastian mutu produk industri menjadi hal yang sangat penting untuk dipertahankan dan senantiasa ditingkatkan. “Salah satu instrumen jaminan kepastian mutu produk industri adalah melalui SNI (Standar Nasional Indonesia),” ujarnya.
Kemenperin memfasilitasi perumusan SNI produk industri olahan serat sabut kelapa sebagai baseline kualitas produk yang beredar di Indonesia, sehingga memberikan manfaat berganda bagi produsen, konsumen dan lembaga terkait lainnya. “Contohnya, kami sedang memfasilitasi SNI papan biokomposit berbahan baku serat sabut kelapa untuk komponen bagian interior otomotif,” tuturnya.
Sementara itu, Business Development ARDC, Farri Aditya menyampaikan, pihaknya berkomitmen kuat untuk semakin mengoptimalkan kekayaan sumber daya alam di Indonesia, seperti komoditas kelapa. “Prinsip inovasi kami adalah inisiasi langkah kecil dengan fasilitas yang tersedia dan melibatkan multipihak sehingga tercipta langkah kolaboratif dan sharing sumber daya,” ujarnya.
“Kami terus berupaya untuk mengeksplorasi inovasi teknologi secara mandiri, tetapi kami meyakini bahwa adanya fasilitasi regulasi atau payung hukum dari pemerintah melalui Kemenperin untuk menyusun kolaborasi multipihak termasuk dengan pihak BUMN dan/atau sektor industri lainnya, maka akan tercipta ekosistem inovasi, yang tentunya dapat melibatkan IKM (industri kecil dan menengah) dan UMKM sebagai mitra strategis,” paparnya.
Saat ini, produk PT. RMA telah memasok kebutuhan industri otomotif, furnitur, infrastrukur, kesehatan, dan pertahanan-keamanan. “Agar dapat mendukung keberlangsungan usaha ini, kami juga mengharapkan integrasi rantai nilai dari hulu hingga hilir, untuk menjaga keberlanjutan produktivitas dan operasional industri yang kuat, mantap, dan mempunyai resiliensi tinggi,” tambah Farri. (as9)