SIARDAILY, Jakarta – Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai tukar Rupiah secara periodik, seiring kondisi perekonomian Indonesia yang masih terdampak penyebaran Covid-19.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, seperti dikutip dari keterangannya, Jumat 22 Oktober 2021, indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut :
A. Perkembangan Nilai Tukar 18 – 22 Oktober 2021
Pada akhir Kamis, 21 Oktober 2021
- Rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.120 per dolar AS.
- Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke level 6,18 persen.
- DXY melemah ke level 93,77.
- Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun naik ke level 1,701 persen.
DXY atau Indeks Dolar adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap enam mata uang negara utama lainnya (EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF). Sedangkan UST atau US Treasury Note, merupakan surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS dengan tenor 1-10 tahun.
Pada pagi Jumat 22 Oktober 2021
- Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.120 per dolar AS.
- Yield SBN 10 tahun naik ke level 6,19 persen.
Aliran Modal Asing (Minggu III Oktober 2021)
- Premi CDS Indonesia lima tahun turun ke level 82,17 bps per 21 Oktober 2021 dari 84,82 bps per 15 Oktober 2021.
- Berdasarkan data transaksi 18-21 Oktober 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp0,71 triliun terdiri dari jual neto di pasar SBN sebesar Rp1,35 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp2,06 triliun.
- Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden beli neto Rp11,55 triliun.
B. Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali
- Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu III Oktober 2021, perkembangan harga pada Oktober 2021 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,08 persen (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Oktober 2021 secara tahun kalender sebesar 0,88 persen (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,62 persen (yoy).
- Penyumbang utama inflasi Oktober 2021 sampai dengan minggu kedua, yaitu komoditas cabai merah sebesar 0,06 persen (mtm), minyak goreng sebesar 0,03 persen (mtm), cabai rawit, rokok kretek filter dan angkutan udara masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain telur ayam ras dan tomat masing-masing sebesar minus 0,03 persen (mtm), bayam, kangkung, sawi hijau, bawang merah dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,01% (mtm).
Erwin, yang menjabat Direktur Eksekutif Informasi tentang BI, mengatakan Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan. (as9)