SIARDAILY, Jakarta – Produk Kredit Kepemilikan Rumah atau KPR masih menjadi unggulan pilihan konsumen dalam mendapatkan rumah idaman. Fleksibilitas masa tenor dan pembayaran uang muka 10 persen, menjadikan produk ini banyak diminati konsumen.
Sumber pembiayaan KPR mencapai 75,08 persen di Kuartal II 2021, sedangkan pertumbuhan KPR secara tahunan (yoy) di Kuartal II 2021 mencapai 7,24 persen.
Namun, Kepala Divisi Subsidized Mortgage Lending Division PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), Mochamad Yut Penta mengatakan, terdapat beberapa permasalahan yang terjadi pada penyaluran KPR Subsidi di Tahun Buku 2021.
Menurutnya, sektor informal belum tergarap secara maksimal. Sesuai realisasi 2021, sektor informal hanya mampu
tergarap 12 persen dari total keseluruhan. Sehingga, diperlukan strategi dalam mendorong penyerapan realisasi dari sektor informal.
Selain itu, tambah Penta, belum ada lembaga yang fokus dalam mengontrol ketepatan sasaran, kualitas, dan keterhunian rumah.
“Pemerintah telah mengganti IMB (izin mendirikan bangunan) dengan PGB (persetujuan bangunan gedung) di Tahun 2021. Namun, hal ini tidak diikuti dengan penerbitan Perda dan sistem PBG secara nasional,” ujarnya, saat acara Diskusi FORWAPERA dengan tema “Peluang dan Tantangan Sektor Perumahan Tahun 2022” di Jakarta, Jumat 14 Januari 2022.
Baca juga: BTN Siap Sasar Kelas Menengah di 2022
Terkait dengan pembiayaan perumahan di tahun ini, dia menuturkan, pertumbuhan pembiayaan perumahan akan sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal yang memengaruhi kondisi perekonomian nasional, antara lain pengendalian pandemi Covid-19, sehingga tidak terjadi gelombang kasus baru, serta kebijakan pemerintah.
“Setiap terjadinya gelombang penambahan kasus baru, maka ekonomi akan melambat dan berdampak pada turunnya berbagai sektor, termasuk perumahan,” tutur Penta.
Penta juga menyoroti program stimulus Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) yang ditengarai memicu tumbuhnya KPR secara nasional sepanjang pandemi. Perpanjangan program ini, diyakini akan mampu mendorong tumbuhnya industri perumahan di 2022.
Sementara itu, Direktur PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) Heliantopo mengatakan, persentase KPR di Indonesia masih kecil di bawah 10 persen, padahal pertumbuhan perumahan tidak ada matinya. Untuk itu, SMF tetap aktif melakukan pembiayaan jangka panjang kepada lembaga penyalur, baik konvensional maupun syariah.
“Strategi ke depan SMF adalah melakukan kerjasama pembiayaan perumahan untuk pekerja di sektor informal (Kredit Mikro) dan inisiasi program baru untuk mendukung keterjangkauan pemilikan rumah bagi MBR,” ujarnya pada kesempatan sama.
SMF, tambahnya, juga terus bersinergi dengan Kementerian/Lembaga untuk mendukung program pemerintah
di bidang perumahan, di antaranya melalui Program Perluasan Penyaluran Subsidi Perumahan (KPR Program FLPP) dan memberikan akses pendanaan kepada masyarakat yang tinggal di daerah kumuh untuk meningkatkan kualitas rumah yang dimiliki.
“Bagi pemilik homestay, bisa memanfaatkan dana SMF dalam pembangunan/renovasi rumah untuk dijadikan homestay,” lanjutnya. (as9)
Baca juga: BTN On Track Siapkan Pembiayaan Tahun 2022 demi Terciptanya Ekosistem Perumahan