Pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (FOTO: ANTARA)

Peluang Pasar Saham di Tengah Perkembangan Perang Tarif

Jakarta, SIARD – Berbagai lembaga dunia seperti Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), International Monetary Fund (IMF), dan World Bank mengungkapkan, konflik tarif perdagangan global akan berdampak buruk terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi dunia.

Mereka merevisi pertumbuhan ekonomi menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Dampak yang akan dirasakan oleh suatu negara akan berbeda tergantung pada tingkat tarif dan seberapa lama tarif tersebut berlaku. Risiko stagflasi, stagnasi, hingga resesi berpeluang meningkat saat tarif tinggi berlangsung cukup lama.

Namun dalam perkembangannya, situasi konflik tarif dagang mulai menunjukkan indikasi perbaikan, di mana negosiasi antara pemerintah AS dengan berbagai mitra dagangnya mulai dilakukan. Bahkan kesepakatan antara AS dan Inggris telah tercapai. Dinamika yang terjadi direspons positif oleh pasar dan meningkatkan selera investasi. Kondisi ini pun tercermin dari tekanan jual investor asing mulai mereda di pasar saham domestik, sedangkan nilai tukar rupiah pun terlihat mulai stabil.

Chief Investment Officer – Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma mengatakan, untuk mendukung kinerja pasar saham yang berkesinambungan, beberapa katalis yang cukup krusial sangat dinantikan pelaku pasar, seperti pemangkasan suku bunga Bank Indonesia. “Indonesia telah berada dalam era suku bunga tinggi sejak akhir 2022, sehingga penurunan suku bunga dapat mendukung likuiditas dan menjadi faktor pendukung ekonomi domestik,” ujarnya dalam keterangan resminya, Sabtu 21 Juni 2025.

Baca Juga: Hadapi Perubahan Fundamental Global, Pemerintah Susun Kerangka Ekonomi Makro

Samuel menambahkan, katalis lain yang tak kalah penting adalah akselerasi belanja pemerintah Indonesia untuk menopang pertumbuhan ekonomi domestik. Di tengah risiko pelemahan ekonomi global, belanja pemerintah menjadi faktor kunci yang akan berperan sebagai bantalan pendukung ekonomi domestik. Data ekonomi terkini menunjukkan momentum pertumbuhan ekonomi domestik yang lemah. Percepatan laju belanja pemerintah diharapkan mampu memutar roda perekonomian, sehingga ekonomi domestik mampu tumbuh.

Selanjutnya dari sisi ekonomi global, perkembangan lanjutan dari negosiasi tarif AS dengan para mitra dagangnya juga dibutuhkan, agar sentimen positif tetap terjaga. “Kami berharap, negosiasi tarif dagang segera berakhir, sehingga memberi kejelasan bagi seluruh pihak dan memitigasi dampak negatif terhadap ekonomi dan ketidakpastian pasar,” ujarnya.

Samuel juga mengungkapkan, level pasar saham saat ini masih berada di level menarik bagi investor yang memiliki horizon investasi jangka panjang. Namun, ia tetap mengingatkan bahwa dinamika pasar saat ini masih tinggi, sehingga penting bagi investor untuk menjaga keseimbangan risiko portofolio melalui diversifikasi, mewaspadai perubahan sentimen dari dalam maupun luar yang sewaktu-waktu dapat mengubah selera hingga sentimen pasar. (asp)

Baca Juga: Instrumen Andalan RI Hadapi Guncangan Ekonomi Global

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share via
Copy link