Karyawan BTN Syariah melayani seorang nasabah. (FOTO: BTN)

Jalan Mulus Wajah Baru BTN Syariah

Jakarta, SIARD – Langkah PT Bank Tabungan Negara Tbk (Persero) atau BTN untuk membawa unit usaha syariah (USS)nya, yakni BTN Syariah menjadi Bank Umum Syariah bakal berjalan mulus. Sebab, aksi korporasi spin-off tersebut ditargetkan rampung pada tahun ini.

Bahkan, untuk menunjukkan keseriusan rencana penyapihan unit usaha syariahnya menjadi wajah baru, BTN berencana mengambilalih atau akuisisi Bank Victoria Syariah sebagai bagian dari proses spin off UUS BTN atau BTN Syariah.

Tentunya tujuan dari aksi tersebut, karena perseroan memandang perlu melakukan peningkatan atas layanan perbankan syariah yang selama ini disediakan oleh Unit Usaha Syariah BTN.

Selain itu, dilihat dari kinerja, memantapkan BTN atas rencana perubahan status BTN Syariah dari UUS menjadi Bank Umum Syariah (BUS).

Diketahui, BTN Syariah membukukan aset sebesar Rp61 triliun pada akhir tahun 2024. Nilai asetnya naik 11,6 persen year on year (yoy) jika dibandingkan dengan nilai aset pada tahun sebelumnya sebesar Rp54 triliun.

Sedangkan laba bersih tercatat sebesar Rp872 miliar pada akhir 2024, meningkat 24,2 persen yoy dari tahun 2023 sebesar Rp702 miliar. Peningkatan laba bersih BTN Syariah ditopang oleh penyaluran pembiayaan yang meningkat 18,3 persen yoy menjadi Rp44 triliun, dibandingkan Rp37 triliun pada tahun 2023. Sementara itu, pertumbuhan double digit juga terlihat dalam perolehan dana pihak ketiga (DPK) BTN Syariah, yang mencapai 18,7 persen yoy menjadi Rp50 triliun.

“Pertumbuhan bisnis syariah yang pesat selama tahun 2024, menjadi modal yang kuat bagi unit usaha syariah BTN dalam persiapannya menjadi entitas bank syariah baru. Kami optimistis, BTN Syariah akan menjadi pesaing kuat di industri perbankan syariah dengan expertise-nya di bidang pembiayaan perumahan berbasis syariah,” kata Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu dalam keterangan resminya, Selasa 11 Februari 2025.

Baca Juga: Aset BTN Ditarget Tembus Rp500 Triliun

Sejak didirikan 20 tahun lalu, BTN Syariah mencatatkan berbagai pencapaian kinerja yang semakin memperkuat fondasi UUS ini untuk melangkah masuk ke babak baru menjadi Bank Umum Syariah (BUS).

Direktur Consumer BTN, Hirwandi Gafar mengatakan, perubahan status menjadi bank umum syariah akan membantu BTN Syariah meningkatkan kapasitas bisnisnya. “Dengan produk dan layanan yang lebih terarah tidak hanya di sektor perumahan, namun juga berekspansi ke ekosistem halal,” ujarnya dalam keterangan resminya, Jumat 14 Februari 2025.

Dia menjelaskan, BTN Syariah akan memberikan Pembiayaan Emas, Umroh dan Haji Plus, Pembiayaan Korporasi dan UMKM, dan memperluas segmentasi nasabah prioritas. “Kami yakin, dengan menjadi bank umum syariah, BTN Syariah dapat meningkatkan kualitas layanan jasa keuangan syariah kepada masyarakat,” tambah Hirwandi.

Sedangkan di sisi pendanaan, BTN Syariah akan meningkatkan engagement kepada komunitas Muslim untuk menghimpun dana pihak ketiga dan dana murah (current account saving account/CASA). Dengan adanya peningkatan DPK berbiaya rendah, BTN Syariah akan memiliki amunisi yang lebih besar bagi ekspansi pembiayaan dengan margin rate yang lebih murah.

“BTN Syariah terus melakukan edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan literasi terkait layanan keuangan syariah melalui ekosistem halal dan terus berinovasi, termasuk dalam hal digitalisasi dan perbaikan business process, sehingga semakin banyak masyarakat Indonesia yang dapat menikmati kepemilikan hunian yang layak dan terjangkau,” ujar Hirwandi.

HUT ke 20 BTN Syariah. (FOTO: BTN)

Pembiayaan Capai Rp44 Triliun

Sementara itu, BTN Syariah, Unit Usaha Syariah (UUS) di bawah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mencatat pembiayaan BTN Syariah mencapai Rp44 triliun pada akhir 2024, atau rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 21,31 persen.

Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu mengatakan, BTN Syariah yang genap mencapai usia ke-20 pada 14 Februari 2025, telah menjadi pemain utama dalam sektor properti Indonesia dengan menguasai 28 persen pangsa pasar pembiayaan perumahan berbasis syariah secara nasional per Oktober 2024. Sedangkan di pasar pembiayaan perumahan subsidi syariah, BTN Syariah menguasai 90 persen.

“Selama 20 tahun, BTN Syariah telah menjadi salah satu engine pertumbuhan bagi BTN dengan fokusnya melayani masyarakat yang membutuhkan pembiayaan rumah dengan basis syariah Islam. Setiap tahun, BTN Syariah mencatat pertumbuhan bisnis yang pesat dan kini telah mencapai usia dewasa yang siap untuk melangkah lebih jauh untuk melayani lebih banyak insan yang membutuhkan hunian layak dan terjangkau,” ujar Nixon dalam keterangannya, Jumat 14 Februari 2025.

Baca Juga: BTN Luncurkan Bale by BTN, Targetkan 5 Juta User

Nixon menjelaskan, selama 20 tahun terakhir, BTN Syariah bertumbuh double-digit dilihat dari pertumbuhan rerata per tahunnya (compound annual growth rate/CAGR), seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan hunian layak dan terjangkau di Indonesia. Pada tahun 2009, total aset BTN Syariah baru mencapai Rp2,25 triliun, namun per akhir 2024, nilainya menyentuh Rp61 triliun atau rata-rata bertumbuh 22,83 persen setiap tahunnya.

Kemudian, pembiayaan BTN Syariah tercatat sebesar Rp1,99 triliun pada 2009 dan mencapai Rp44 triliun pada 2024, dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 21,31 persen. Sedangkan perolehan dana pihak ketiga (DPK) BTN Syariah mencapai Rp50 triliun per akhir 2024, dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 24,72 persen sejak tahun 2009, ketika nilai DPK tercatat sebesar Rp1,44 triliun.

Nixon mengatakan, BTN Syariah juga memiliki tingkat profitabilitas yang baik, dengan selalu mencatatkan perolehan laba setiap tahunnya sejak 2009. Pada akhir 2024, laba bersih BTN Syariah mencapai Rp911,42 miliar, bertumbuh setiap tahunnya dengan rata-rata sebesar 23,35 persen dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp31,72 miliar.

“Selama dua dekade, BTN Syariah membukukan pertumbuhan bisnis yang stabil dari tahun ke tahun, ditopang dengan rasio keuangan yang sehat dan menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian. Hal ini terlihat, dari rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) yang dijaga di bawah tiga persen atau 2,87 persen pada akhir 2024,” ujarnya.

Sementara itu, BTN Syariah mencatatkan milestone baru pada tahun 2010, yaitu pertama kalinya penyaluran pembiayaan KPR Subsidi iB bernama KPR Sejahtera BTN iB. Lima tahun kemudian, pada 2015, BTN Syariah mulai menyediakan produk KPR Subsidi Selisih Margin BTN iB untuk permintaan KPR Subsidi syariah, disusul dengan KPR Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) BTN iB pada 2019.

Direktur Consumer BTN, Hirwandi Gafar mengatakan, BTN Syariah terus memantapkan posisinya sebagai mitra terpercaya pemerintah untuk perumahan rakyat dengan menyediakan pembiayaan Tapera BTN iB pada 2022, yang terdiri dari Pembiayaan Kepemilikan Rumah Tapera BTN iB, Pembiayaan Bangun Rumah Tapera BTN iB, dan Pembiayaan Renovasi Rumah Tapera BTN iB.

Baca Juga: Laba Bersih BTN Syariah Melonjak 56 Persen

Spin-off direspons Positif

Sementara itu, meski publik masih menanti aksi korporasi spin-off atau realisasi perubahan unit usaha syariah PT Bank Tabungan Negara (UUS BTN atau BTN Syariah) menjadi Bank Umum Syariah yang saat ini masih dalam proses pengerjaan, namun rencana tersebut menjadi sentimen positif pergerakan saham induknya atau BBTN.

“Biasanya, pasar selalu merespons positif adanya aksi korporasi, seperti spin-off BTN Syariah ini,” kata analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, M. Nafan Aji Gusta, saat dihubungi siard.id, Jumat 14 Februari 2025.

Bahkan, tambah Nafan, aksi korporasi tersebut akan berpengaruh pada harga saham perseroan di lantai bursa. Meski, pelaksanaan spin-off BTN Syariah tersebut belum terjadi. “Aksi itu akan membuat harga BBTN menguat, atau sudah ter-pricein,” ujarnya.

Mengutip data RTI, saham BBTN ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan ini (Jumat 14/2) 3,72 persen atau Rp35 dari hari sebelumnya Rp940. Sehingga, kini harga saham BBTN berada di level Rp975 per saham.

Sementara itu, analis Mandiri Sekuritas, Kresna Hutabarat dan Bobby Chandra mengatakan, penggabungan BTN Syariah dengan bank syariah lainnya menawarkan peluang sinergi yang besar (dan juga risiko). “Sekaligus memberikan ancaman persaingan terbatas terhadap BRIS (PT Bank Syariah Indonesia Tbk), dalam pandangan kami,” ungkap Kresna dan Bobby dalam risetnya.

Sedangkan pengamat Properti, Anton Sitorus berpendapat, rencana spin-off BTN Syariah menjadi Bank Syariah Umum tidak langsung berdampak kepada performa kinerja BTN.

Selain itu, tambahnya, aksi korporasi tersebut juga akan menggerus anggaran BTN, karena jumlah manajemen yang lebih banyak. Padahal, saat ini temanya sedang diperlukan penghematan atau pengetatan/efisiensi.

“Ya, kita lihat saja, apakah aksi korporasi ini nanti akan membuat BTN itu lebih untung atau buntung. Karena, secara cost, apa nanti profitnya akan lebih tinggi atau sebaliknya,” kata dia kepada siard.id. (asp)

Baca Juga: Meneropong Prospek Cerah Merger BTN Syariah-Bank Muamalat

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share via
Copy link